kisah duka kehilangannya




Kisah Nita dan fajar mereka adalah pasangan suami istri yang romantis, orang-orang sering membicarakan keharmonisan mereka, kesibukan mereka tidak pernah menghambat merka dalam saling berkomunikasi, sehingga bisa menjalani hubungan dengan sempurna.

Nita berkerja untuk membantu suaminya mencukupi kebutuhan keluarga, untungnya waktu bekerja Nita sif pagi sampai siang, mulai dari pukul delapan sampai pukul satu, dengan demikian, tugas melayani suaminya dan mengurus anak-anaknya dapat dilakukan dengan baik.

Fajar sangat memahaminya, membuat Nita sangat bersyukur memiliki suami yang memahami, dan membuatnya makin sayang kepada Fajar,sementara itu ditengah kesibukan, Fajar juga selalu membantu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, dia telah menjadi imam terbaik bagi Nita, dan membuat Nita hidup senang bersamanya.

Namun, kebahagian itu hanya Cuma sementara, betapa pun mereka mencoba untuk mempertahankan, tetapi jika Allah sudah berkehendak, apa mau dikata, Allah, selalu memberikan ujian kepada orang-orang yang beriman.

Jadi, ceritanya itu, ketika Fajar pulang agak kesorean, lewat pukul lima lebih baru tiba dirumah, namun wajahnya tidak tampak kecapean, setelah membersihkan badan dan mengganti baju, Fajar bermain dan bercanda dengan anak-anaknya sembari menunggu waktu adzan Magrib.

Sehabis Shalat, wajah Fajar tampak segar dan sumeringah, Dia mengajari anak-anaknya membaca Al-Quran. Setelah isya, mereka akan makan diluar, direstoran yang mewah.

“kita ke OK resto aja yuk !!” kata Fajar.

“ciyee... kita mau makan enak nih !?” tanya Nita yang senang

“sekali-sekali boleh lah, biar semuanya senang, lagian disana buka 24 jam jadi kita bisa bersantai gitu disana,” kata Fajar.

“aku sih oke aja, Mas,” jawab Nita.

Sepanjang perjalanan, Fajar selalu membuat obrolan yang menarik, kadang-kadang melucu, yang membuat Nita dan anak-anaknya tertawa bahagia. Nita merasakan kegembiraan petang itu lain dari biasanya, cara bercandanya, cara tersenyumnya, dan tertawanya.

Pada saat mereka menikmati makanan direstoran mewah itu, Fajar tak henti-hentinya bercerita sambil membagi kebahagiaan, malam itu seakan tidak akan ada bandingnya. Malam itu mereka habiskan dengan penuh kebahagiaan sampai dirumah.

Setibah dirumah anak-anak mereka yang perutnya kenyang langsung menuju kamar masing-masing untuk tidur. Nita dan Fajar juga menuju kamar mereka, karena malam sudah larut, Nita sudah sangat mengantuk sekali maka Nita langsung rebahan dan memejamkan mata.

Tapi ada yang aneh, Nita merasakan Fajar tiba-tiba membelai rambutnya, lalu mencium keningnya, mersa sekali, tapi Nita sudah mengatuk berat sehingga tidak meresponnya.

“dik, malam ini akau menginginkanmu!”, bisik Fajar.

Matanya terbuka sedikit, tetapi Nita tidak berkata apa-apa.

“sekali ini saja!”, bisik Fajar lagi.

“aku sudah mengantuk mas, badanku juga capek, besok saja yah”! jawab Nita yang menolak.

Fajar pun pelan-pelan melepaskan pelukannya, lalu tidak terjadi apa-apa lagi, waktupun cepat sampai Adzan subuh berkumandang.

Pada pagi harinya, Nita dan Fajar melakukan aktivitas seperti biasa. Nita mempersiapkan sarapan untuk suami dan anak-anaknya, setelah sarapan sudah siap, mereka sarapan bersama.

“dik, anak-anak kamu yang mengantar ya”? kata Fajar saat masih sarapan, “aku ada urusan mendesak”.

“iya, mas” jawab Nita.

Selesai sarapan. Fajar langsung berangkat kerja menggunakan sepedah motor, sementara itu Nita mengantar anak-anak sekolah dengan mobil.

Sepanjang perjalanan mengantar anak-anak sekolah, perasaan Nita terasa tidak enak sekali, pikiranya terasa kelut, entah apa penyebabnya, lalu, Nita menelepon suaminya ( Fajar ), tapi tidak tersambung, Nita pun mencoba menelepon nomor kantornya.

“halo”!. Kata Nita, tetapi yang menjawab telepon bukan suaminya, “ saya mau bicara dengan mas Fajar “.

“pak Fajar belum datang, bu”! katanya.

“kemana ya ? ada agenda keluar kah ? tanya Nita menyelidik.

“enggak, bu, seharusnya ada rapat sekarang tapi pak fajar malah belum datang,” kata si penjawab telepon.

Nita mulai kebingungan, setelah mengantanr anak-anaknya sekolah Nita pun telusuri jalan menuju kantor suaminya , disebuah perapatan, Nita melihat sepedah motor ringsek karena habis kecelakaan.

Handphone Nita berbunyi tanda panggilan masuk.

“halo” kata si penelepon.

“Ya, halo” jawab Nita.

“dengan Ibu Nita ? tanya si penelepon.

“Iya, benar” jawab Nita.

“saya dari polres metro, suami ibu kecelakaan, sekarang berada di rumah sakit Selaras,” katanya.

Tangisan Nita pecah saat itu juga, Nita mengingat sepedah motor yang ringsek tadi diperapatan. Itu motor suaminya.

Dengan perasaan takut dan kawatir bercampur aduk Nita memacu mobilnya ke rumah sakit selaras. Namun sayang, setiba disana, semuanya sudah terlambat, suaminya ( fajar ), menghembuskan nafas terakhir sebelum Nita tiba disana.

Nita tidak bisa menahan teriakan histerisnya, bahkan Nita sempat pingsan, sebuah penyesalan sampai kini tidak akan terlupakan yaitu waktu malam, mengingat suaminya ingin dilayani tetapi tidak dilayani Nita.

Kini sudah 4 tahun suaminya ( fajar ), tiada. Tetapi duka itu tidak kunjung sirna, beberapa lelaki pernah dengan terus terang mengajaknya menikah. Tetapi Nita tidak bisa melupakan Fajar.   

Nita tahu, kematian suaminya adalah takdir Allah Swt. Tetapi Nita benar-benar tidak bisa melupakannya, setiap kali teringat Suaminya ( fajar ), Nita menangis sedih pipinya basah oleh air matanya. Nita tak tahu harus hijrah kemana, duka kehilangan benar-benar susah dimusnahkan. 

Comments

Menu

Baca Juga Artikel

contoh surat undangan haul pesantren